Rabu, 11 April 2012

kumpulan cerita motivasi

BilingualKumpulan
MOTIVASI
Anak-Anak
COLLECTION OF MOTIVATION
STORY
Dibuat Oleh: Gerhad Nadapdap & Gilbert Nadapdap
Malin Kundang
Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.
Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan ibunya.
Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.
Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun tentang perkapalan pada teman-temannya yang lebih berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir dalam hal perkapalan.
Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Malin Kundang
One day, there lived a family on the coast of Sumatra. The family was having a boy named Malin Kundang. Because their families are very poor condition, then the master's father decided to go into the country side.

Hopefully master and his mother, his father came home one day with a lot of money that will be able to buy daily necessities. After months and months turned out to master the father did not come, and eventually hopes pupuslah Malin Kundang and his mother.

After Malin Kundang growing up, he thought to make a living in the country side in hopes of later when I returned to my hometown, she was already a wealthy man. Malin Kundang finally come sailing along with a merchant ship captain in his hometown that has been successful.

During their stay in the boat, Malin Kundang a lot to learn about seamanship on the crew who are already experienced. Malin studied hard about shipping their peers who are more experienced, and finally he was very adept in terms of shipping.

Many have visited the island, until one day in the middle of the journey, suddenly climbed Malin Kundang ship attacked by pirates. All merchandise traders who were on the ship seized by pirates. Even most of the crew and people on the ship were killed by the pirates. Malin Kundang very lucky he was not killed by the pirates, because when it happened, Malin immediately hid in a small space enclosed by the timber.

Malin Kundang adrift amid the sea, until finally the ship was stranded on a beach. With the rest of the existing power, Malin Kundang walked to a nearby village from the beach. Arriving in the village, Malin Kundang helped by people in the village after previously telling what happened to him. Marooned villages where Malin is a very fertile village. With tenacity and perseverance in work, over time Malin had become a wealthy man. It has a lot of merchant ships with men of more than 100 people. Having become rich, Malin Kundang marry a girl to be his wife.

After a long marriage, Malin and his wife set sail with a large and beautiful ship with the crew and a lot of bodyguards. Malin Kundang mother who stayed with his son every day, saw a very beautiful ship, entered the harbor. He saw two people standing on the deck. He believes that it is his standing and his wife Malin Kundang.

Malin Kundang came down from the ship. He was greeted by his mother. Once close enough, she saw twelve people injured dilengan right, the more convinced his mother that he was approached Malin Kundang. "Malin Kundang, my son, why did you go so long without sending any news?", She said, hugging Malin Kundang. But Kundang immediately pulled back and pushed her to fall. "Women do not know myself, as my mother carelessly admitted," says Malin Kundang to his mother. Malin Kundang pretended not to recognize his mother, because of shame with her old mother and dressed in rags. "She's your mother?", Malin Kundang wife Tanya. "No, he was just a beggar who pretended to be admitted as a mother to get my property," Malin said to his wife. Heard the statement and treated unfairly by his son, the mother of Malin Kundang very angry. He had not expected her to be a rebellious child. Because of mounting anger, the mother of Malin tipped his hand saying "Oh God, if he my son, I sumpahi he became a rock". Not long after strong winds and storms rumbled come to destroy the ship Malin Kundang. After that Malin Kundang body slowly becomes stiff and gradually eventually shaped into a roc
k
Seorang CEO dari perusahaan Fortune 100 mengatakan, “Success can lead to arrogance. When we are arrogant, we quit listening. When we quit listening, we stop changing. In today’s rapidly moving world, if we quit changing, we will ultimately fail.” (Sukses bisa membuat kita jadi arogan. Saat kita arogan, kita berhenti mendengarkan. Ketika kita berhenti mendengarkan, kita berhenti berubah. Dan di dunia yang terus berubah dengan begitu cepatnya seperti sekarang, kalau kita berhenti berubah, maka kita akan gagal).
Itulah sisi negatif dari kesuksesan, yakni arogansi. Arogansi muncul saat seseorang merasa diri paling hebat, paling luar biasa, dan paling baik dibandingkan dengan yang lainnya. Penyakit mental ini bisa menjangkiti apa dan siapa saja, mulai dari organisasi, produk, pemimpin, sampai orang biasa. Khusus pada tulisan ini, kita akan membicarakan soal manusianya.
Orang sukses lalu bersombong ria sebenarnya patut disayangkan. Bayangkan saja, saat berjuang keras menggapai kesuksesan, mereka begitu terbuka untuk belajar. Mereka mau mendengarkan. Mereka mau berjerih payah, berani hidup susah, dan mengorbankan diri. Bahkan, mereka tampak sangat ‘merakyat’ hidupnya. Akan tetapi, itu dulu. Sayang sekali, saat kesuksesan datang, mereka lupa diri. Mungkin dia akan berkata, “Saya sudah berhasil mencapai yang terbaik. Sekarang, Andalah yang harus mendengarkan saya. Saya tidak perlu lagi mendengarkan Anda.” Hal itu diperparah lagi ketika mereka dikelilingi oleh para ‘yes man’ yang tidak berani angkat bicara soal kekurangan orang ini. Hal ini membuat orang itu semakin ‘megalomania’ , pongah, angkuh, dan egois. Ia terbelenggu oleh kesuksesannya sendiri. Ia tidak pernah belajar lagi.
Ada Seorang Pebisnis, dia menceritakan susah payahnya membangun bisnisnya. Cerita yang mengharukan sekaligus heroik ketika dia harus tidur di kolong jembatan saat tiba di Jakarta ketika remaja. Dengan susah payah dia merangkak dari bawah untuk bertahan hidup. Menikah tanpa uang sepeser pun. Hidup di rumah kontrakan kecil. Akan tetapi, dia tidak patah arang. Dia mengamati cara kerja orang sukses, mencontoh, dan memodifikasi sendiri produknya. Sekarang, dia pun berjaya. Tiga pabrik besar ada di genggamannya.
Namun, sayang sekali. Perusahan itu sedang diterpa badai masalah internal. Pemicunya tak lain adalah sikap pemimpin yang arogan. Dia otoriter dan antikritik. “Kalau saya bisa, kalian juga harus bisa,” katanya pongah. Dia pun menolak ide-ide baru. Dia mengelola perusahaan dengan serampangan. Turn over karyawan pun tinggi. Sisanya hanya kelompok para ‘penjilat’ yang tidak berani melawan. Dia menginginkan anak buahnya di-training. Padahal, dia sendiri yang perlu up date diri dengan training.
Arogansi bisa menghampiri siapa saja. Termasuk seorang pendidik, guru, dosen, yang tiap hari memberi suatu bagi orang lain.
Dari situ, kita belajar banyak untuk hati-hati. Kesuksesan jangan membuat kita arogan dan cenderung self centered serta tidak mau mendengarkan orang lain. Dunia begitu mengenal sosok Mao, Hitler, ataupun Stalin. Mereka berjuang dari basis bawah menuju pucuk kepemimpinan. Mereka pun berjuang untuk perubahan di masyarakatnya. Idealisme mereka sangat luar biasa. Orang pun dibuatnya kagum. Namun, mereka lupa daratan ketika sukses. Mereka memonopoli kebenaran tunggal alias antikritik dan antipembaruan. Mereka memimpin dengan tangan besi. Korban pun bergelimpangan dari tangannya. Begitu juga dalam sejarah bisnis. IBM yang begitu besar dan terkenal pernah mengalami kemerosotan saat arogansi membekap sikap dan pikiran para pemimpin mereka.
Terjebak retorika
Namun, itulah yang terjadi apabila orang berhenti belajar dan merasa diri sudah selesai. Tanpa dia sadari, lingkungannya terus belajar, berinovasi, dan berkembang. Sementara, dia mandek di posisinya. Akibatnya, kue kesuksesan yang dia peroleh lama-kelamaan menjadi basi. Tanpa sadar, kompetitor mereka bergerak jauh meninggalkan dirinya di belakang. Mereka terjebak dalam retorika, kalimat, jurus yang itu-itu saja alias usang. Arogansi telah menutup hati dan pikirannya untuk kreatif menemukan jurus dan tip-tip baru mempertahankan sekaligus mengembangkan kesuksesannya. Di sinilah, arogansi berujung pada malapetaka dan kehancuran.
Jadi, bagaimanakah tipnya agar kesuksesan kita tidak berubah menjadi arogansi?
Pertama- Aware (sadar) dengan sikap dan tingkah laku kita selalu. Meskipun sudah sukses, kita perlu memberi waktu untuk menyadari sikap dan perilaku kita di mata orang lain. Selalulah sadar apakah nada dan ucapan serta tindak tanduk kita sekarang semakin membuat banyak orang lain terluka? Apakah kita masih tetap menghargai orang lain? Apalagi orang-orang yang telah turut membawa Anda ke level sukses sekarang, apakah Anda hargai? Jangan sampai, tatkala masih bersusah payah, kita begitu respek, tetapi setelah sukses justru mencampakkan mereka.
Kedua- Waspadai umpan balik yang hanya menghibur kita tetapi tidak membuat kita belajar lagi. Hati-hati dengan orang di sekeliling kita yang hanya mengatakan hal bagus, tetapi tidak berani memberikan masukan yang baik. Kadang, masukan negatif juga kita perlukan demi perkembangan, sesukses apa pun kita.
Ketiga- Awasi dan peka dengan perubahan yang terjadi. Dalam buku Who Moved My Cheese disimpulkan bahwa kita harus selalu mencium keju kita, apakah sudah basi ataukah mulai diambil orang lain. Kita pun harus terus mencium dan peka bagaimana orang lain mengembangkan dirinya serta bisa jadi ancaman bagi kita. Jangan pula merasa diri paling hebat dan lupa belajar.
Keempat- Sopan dan rendah hati untuk belajar dari orang lain.
Semoga tulisan ini menginspirasi Anda untuk meraih sukses sejati. Kesuksesan yang membuat Anda tidak arogan. Baiknya kita tutup tulisan ini dengan kalimat kuno yang seringkali sudah kita dengar. “Di atas langit masih ada langit yang lain”.
A CEO of a Fortune 100 company said, "Success can lead to arrogance. When we are arrogant, we quit listening. When we quit listening, we stop changing. In today's rapidly moving world, if we quit changing, we will Ultimately fail. "(Success can make us so arrogant. When we are arrogant, we stop listening. When we stop listening, we stopped to change. And in a changing world with sofast as it is now, if we stop changing, then we will fail).

That's the negative side of success, that is arrogance. Arrogance occurs when a person feels himself the greatest, most remarkable, and is best compared to others. Mental illness and what it can infect anyone, from the organization, product, the leader, until the common man. Especially in this paper, we will talk about human beings.

Successful people and real fun bersombong unfortunate. Just imagine, while struggling to succeed, they are so open to learning.They will listen. They want labors, brave hard life, and self-sacrifice.In fact, they seem very 'populist' lives. However, it used to be.Unfortunately, when success comes, they forget themselves. Maybe he'll say, "I've managed to achieve the best. Now, you have to listen to me. I do not need to listen to you. "It's compounded when they are surrounded by 'yes men' who do not dare to speak about the shortcomings of this person. This makes him the 'megalomania', smug, arrogant, and selfish. He is shackled by its own success. He never learned more.

There are a businessman, he's hard to tell the hopeless building his business. Touching story as well as heroic when he had to sleep under bridges when they arrive in Jakarta as a teenager. With great difficulty he crawled out from under to survive. Married without a penny. Living in a small rented house. However, he was not broke.He observed how successful people, model, and modify their own products. Now, he was victorious. There are three big factories in his grasp.

However, unfortunately. The company was hit by a storm of internal problems. The trigger is nothing but an arrogant attitude of the leader. He was authoritarian and antikritik. "If I could, you also have to be," he said smugly. He also rejected the new ideas. He manages the company's haphazard. Employee turnover is high. The rest is just a group of 'sycophants' who dare not fight. He wanted his men in-training. In fact, he himself who needs to up date themselves with the training.

Arrogance can approach anyone. Including an educator, teacher, lecturer, who every day gives a for others.

From there, we learned a great deal to be careful. Success should not make us arrogant and self centered and tend to not listen to anyone else. The world is so familiar with the figure of Mao, Hitler, or Stalin. They fought from the bottom toward the top of the leadership base. They were fighting for change in society. Their idealism is extraordinary. People were amazed made. However, they forgot the land as a success. They monopolize the truth and antipembaruan antikritik single alias. They led with an iron fist.Victim was lying out of his hand. Likewise, in business history. IBM is so big and famous in decline ever while smothering attitude of arrogance and minds of their leaders.

Trapped rhetoric

However, that's what happens when people stop learning and feel yourself already completed. Without her knowing it, the environment continues to learn, innovate, and grow. Meanwhile, he gets stuck in position. As a result, the cake of success he obtained in time they become stale. Without realizing it, their competitors move away leaving him behind. They get caught up in rhetoric, sentence, stance that it's all obsolete alias. Arrogance has closed his heart and mind to find creative tactics and new tips to maintain and develop its success. Here, the arrogance leads to doom and destruction.

So, how do we tip so that success does not turn into arrogance?

First-aware (conscious) attitudes and behavior with us always.Although he was successful, we need to give some time to realize the attitude and behavior in the eyes of others. Always be aware of whether the tone and words and actions we are now increasingly making a lot of other people were injured? Are we still respect others? Especially those who have helped bring you to the level of success now, do you value? Not until, when he was still struggling, so we respect, but after the success they throw it.

Beware of second-feedback not only entertain us but make us learn more. Be careful with those around us who only say good things, but do not dare to give good input. Sometimes, we also need the negative input to the development, no matter how successful we are.

Keep an eye on third-and sensitive to change. In the book Who Moved My Cheese concluded that we should always kiss our cheese, or it will become stale if it's taken someone else. We must continue to kiss and be sensitive to how others develop themselves as well as it could be a threat to us. Do not also feel the greatest self-learning and forgetting.

Fourth-polite and humble to learn from others.

Hopefully this inspires you to achieve true success. Success that makes you arrogant. Well we close this paper with an ancient phrase that often we have heard. "In the sky there is another sky".
4 LiliN
4 lilinAda 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka
Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.
Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:
“Akulah HARAPAN.”
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!
4 Candles
Motivation Files under Stories | Posted by admin

4 lilinAda four candles are lit, little by little depleted melt.

It was so quiet that there was a conversation they

The first said: "I am Peace. '" But the man was unable to take care of me: so I'd better just kill myself! "So little by little the candle goes out.

The second said: "I am the Faith." "Honey I'm not worth it anymore.""People do not want to know, that's no good I'm still burning." Oncefinished, extinguish wind.

With a sad turn of the third candle spoke: "I am Love." "I'm not ableanymore to stay on." "People no longer view and mengganggapkuuseful." "They hate each other, even hate those who love her, hateher family." Without waiting for long time, and there died the thirdcandle.

Without the unexpected ...

A child when it came into the room, and saw the three candles have been extinguished. Because of fear of darkness, he said: "Ekh whathappened? You have to stay on, I'm afraid of the dark! "

Then she sobbed mengangis.

Then the fourth candle was moved to say:

Do not be afraid, Do not cry, for I was still there and on, we canalways keep candles lit the other three:

"I am HOPE."

With shining eyes, the child took the Candle of Hope, then turn backthe three other candles.

What never dies just HOPE that is in our hearts .... and we hopeeach one can be a tool, like the child, which in any circumstancesbe able to revive the Faith, Peace, Love with his HOPE!
Penjara PiKIRAN
penjara pikiran
Seekor belalang lama terkurung dalam satu kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat menikmati kebebasannya.
Di perjalanan dia bertemu dengan belalang lain, namun dia heran mengapa belalang itu bisa lompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Dengan penasaran dia bertanya,
“Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku,padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?” Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan,
“Dimanakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan.”
Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.
Sering kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman,tradisi, dan semua itu membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita.
Sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.
Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dgn tali yang terikat pada pancang kecil? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kaki nya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi hanya seutas tali kecil…
Sebagai manusia kita mampu untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin kita capai. Sakit memang, lelah memang,tapi jika kita sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar. Pada dasarnya, kehidupan kita akan lebih baik kalau kita hidup dengan cara hidup pilihan kita sendiri, bukan dengan cara yang di pilihkan orang lain untuk kita
Mind Prison
Motivation Files under Stories | Posted by admin

prison of mind

Longer confined to a grasshopper in one box. One day she got out of the box is locked, he happily jumping around enjoying his freedom.

On the way he met another grasshopper, grasshopper, but he wondered why it could jump higher and farther away from him.

He asked curiously,

"Why did you jump higher and farther away from me, but we are not much different from age and body size?" Grasshopper's answer to the question,

"Where do you live so far? All grasshoppers that live in the wild can certainly do as I do. "

At that time the locusts to realize that as long as this box is what has made the jump was not as far and as high as other grasshoppers living in the wild.

Often we as human beings, unconsciously, had also experienced the same thing with the grasshoppers. Bad neighborhood, insults, trauma of the past, successive failures, the words of friends, traditions, and all that makes us imprisoned in a box that confront the pseudo-potential.

Often we believe it raw what they voniskan to us without a thought in that if it was true or is it true we are as weak as that? Worse yet, we often prefer to believe them rather than to trust yourself.

Did you know that elephants are very strong can only be bound with a rope attached to a small stake? Elephants are going to feel that he could not free if there is "something" that bind her feet, but "something" that could be just a small piece of string ...

As humans we are able to fight, not give up so easily to what we experience. Therefore, continue to strive to achieve all the positive aspirations we want to accomplish. Indeed sick, tired indeed, but if we've reached the top, all the sacrifices that must be repaid.Basically, our lives would be better if we live by our own life choices, not in a way that the other people chose for our
Files under Cerita Motivasi | Posted by admin
jadilah pelitaPada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.
Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”
Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”
Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.
Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”
Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”
Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”
Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”
Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.
Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”
Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”
Senyap sejenak.
secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”
Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.
Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.
Be Pelita
Motivation Files under Stories | Posted by admin

Be pelitaPada one night, a blind man came home from his friend goodbye. The companions complete with a lantern lamp.

The blind man said, laughing: "Why should I take a lamp? Do the same for me! I could go home anyway. "

His friend replied softly, "This is so that others can see you, do not let them hit you."

Finally, the blind man agreed to carry the lantern. Before long, the way, a pedestrian struck blind.

In shock, he complained, "Hey, you've got the eye! Make way for the blind dong! "

No greeted reciprocated, they passed each other.

Furthermore, a more pedestrian struck blind.

This time the blind more angry, "Are you blind? Can not see it? I take this lamp so you can see! "

Pedestrian retort, "You are blind! Do not you see, the lamps had gone out! "

The blind was stunned ..

Realizing the situation, penabraknya apologize, "Oh, sorry, I was the 'blind', I do not see that you are blind."

The blind man replied sheepishly, "It's okay, I'm sorry for my harsh words."

Sincerely, the impactor helped reignite the lamp that brought the blind. They continued their journey.

In subsequent trips, no more blind pedestrian who hit us.

This time, the blind man to be more careful, he asked politely, "Excuse me, are my lamp goes out?"

Penabraknya said, "Well, I just want to ask the same thing."

Silent for a moment.

in unison they asked, "Are you blind?"

Simultaneously they were answered, "Yes.," As he burst into laughter.

They were trying to help each other recover their lamps which fell after colliding.

At that time, someone passing by. In the dim night, he nearly collided with two people who are in search of those lamps. He also passed, without knowing that they are blind.

Thoughts arise in the minds of these people, "I think I need to bring a lamp as well, so I could see the road better, others can also come to see their way."

A lamp symbolizes the light of wisdom. Bring a lamp means to pursue a policy of life. Lamps, as well as wisdom, protect us and others from various obstacle obstacles (tabrakan!).

The first blind represent a veiled their ignorance, arrogance, ignorance, ego, and anger. Always pointing in the direction of another person, do not realize that more fingers are pointing towards himself. On the way "home", he learned to be wise after the event through the events that happened. He became more humble because of his blindness and to recognize the compassion of others. He also learned to be forgiving.

The first impactor representing the people in general, a lack of awareness, a lack of care. Sometimes, they choose to "blindly" even though they could see.

The second impactor that seemed to represent them against us, which really showed our mistake, intentionally or unintentionally.They could be our best teachers. Nobody wants to be blind, it is proper we understand each other and help each other.

The second blind man represents those who are both in our inner darkness. How difficult it is when we light the lamp can not even see the lamp. The blind leading the blind more difficult. That's important to keep learning so that we become more literate, more wise.

The last person to represent them through quite aware of the importance of having the lamp of wisdom.

Have we Flammable lamp in each of us? If so, whether the flame is still light, or even nearly extinguished? Be PELITA, for ourselves and around us.

An old proverb says 25th century: A million lamps can be lit from a lamp, and the first flame of a lamp will not be dimmer. Lamp of wisdom too, will never be divided up.

When the eye without a barrier, the result is a vision. If the ear without a barrier, the result is a loss. Nasal olfactory produce without hindrance. Mind that without the barrier the result is wisdom.